Selasa, 15 Juni 2010

Kompresi data

Kita sering mendengar atau mendownload file-file dengan ekstensi .zip, .tar.gz, .tar, .tar.bz2, .rar, .jar. Nah pertanyaannya, sebenernya file apa sih itu? Di dalam kehidupan sehari-hari, kita bekerja dengan menggunakan banyak file. Suatu saat kita ingin mengumpulkan file-file tersebut di dalam sebuah file agar kita tidak bingung akan banyaknya file yang ada (archiving). Selain dapat dikumpulkan, file tersebut juga dapat dikompresi agar file yang dihasilkan tidak terlalu besar (compression). 

Format file archive Ada beberapa format file yang digunakan untuk membuat file archive. Misalnya Unix Archiver (.a, .ar), Tape Archiver (.tar), LBR (.lbr). Unix Archiver digunakan pada platform Unix-like, merupakan format archive tradisional yang sekarang hanya digunakan untuk membuat static libraries. Tape Archiver, juga digunakan pada platform Unix-like, yang merupakan format archive yang umum digunakan. Sedangkan LBR digunakan pada platform MS-DOS.

Format file compression Untuk mengkompres data, ada beberapa format file yang digunakan seperti bzip2 (.bz2), gzip (.gz), lzma (.lzma), lzo (.lzo), pack (.z), compress (.Z). Perbedaan masing-masing format kompresi ini adalah algoritma yang digunakan. Seperti bzip2 yang menggunakan Burrows-Wheeler transform diikuti dengan move-to-front transform dan terakhir Huffman coding. Format gzip yang menggunakan algoritma DEFLATE untuk kompresi data, lzma menggunakan algoritma 7-zip, lzo menggunakan algoritma LZO. Beberapa dari format kompresi data ini digunakan bersama-sama ketika meng-archive file. Seperti Tape Archiver (.tar) yang digunakan bersama bzip2 (ekstensi file menjadi .tar.bz2), gzip (ekstensi file menjadi .tar.gz) atau compress (ekstensi file menjadi .tar.Z). 

File archive dan compression Sekarang ini sudah banyak format file yang menawarkan archive dan compression. Seperti ARC (.arc), ARJ (.arj), Cabinet (.cab), ZIP (.zip), Jar (.jar), Tar dengan GZip, BZip2, Compress, LZMA (.tar.gz, .tgz, .tar.bz2, .tar.Z, .tar.lz, .tlz). Jenis-jenis format ini “boleh” di-restore dengan software gratisan (tanpa perlu lisensi dari si pembuat format file tersebut). Sedangkan format file seperti WinACE (.ace), RAR (.rar), StuffIt (.sit, .sitx) hanya “boleh” di-restore oleh software tertentu (software yang telah mendapat lisensi untuk merestore/ekstrak file dari si pembuat format file tersebut).

File-file yang telah di-archive dan compress biasanya sering dijumpai di Internet. Karena, untuk pertukaran data yang cepat, diperlukan sebuah metode untuk mengirimkan data dalam jumlah yang sedikit dan dengan ukuran yang kecil.

Kompresi berarti memampatkan /mengecilkan ukuran. Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing unit yang lain yang lebih rendah daripada representasi data yang tidak terkodekan dengan suatu sistem enkoding tertentu. Contoh kompresi sederhana yang biasa kita lakukan misalnya adalah menyingkat kata-kata yang sering digunakan tapi sudah memiliki konvensi umum. Misalnya: kata “yang” dikompres menjadi kata “yg”. Pengiriman data hasil kompresi dapat dilakukan jika pihak pengirim/yang melakukan kompresi dan pihak penerima memiliki aturan yang sama dalam hal kompresi data. Pihak pengirim harus menggunakan algoritma kompresi data yang sudah baku dan pihak penerima juga menggunakan teknik dekompresi data yang sama dengan pengirim sehingga data yang diterima dapat dibaca/di-dekode kembali dengan benar. Kompresi data menjadi sangat penting karena memperkecil kebutuhan penyimpanan data, mempercepat pengiriman data, memperkecil kebutuhan bandwidth. Teknik kompresi bisa dilakukan terhadap data teks/biner, gambar (JPEG, PNG, TIFF), audio (MP3, AAC, RMA, WMA), dan video (MPEG, H261, H263). 

Tujuan Kompresi data yaitu memperkecil ukuran file / data dalam penyimpanan maupun transmisi.

Dual tone multiple frekuensi (DTMF)


     Dual tone multiple frekuensi (DTMF) adalah piranti semikonduktor yang di rancang untuk di gunakan pada sistem dial pesawat telepon. DTMF membangkitkan suatu sinyal nada yang merupakan kombinasi dari 2 buah nada yang memiliki frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Kelompok frekuensi rendah meliputi 697 Hz, 770 Hz, 852 Hz, dan 941 Hz. Sedangkan kelompok frekuensi tinggi meliputi frekuensi 1209 Hz, 1336 Hz, 1477 Hz, dan 1633 Hz. Kombinasi dari kelompok frekuensi rendah dengan frekuensi tinggi yang saling berpasang pasangan membentuk 16 macam kombinasi pasangan nada sinyal DTMF yang standard.

     Alat pengirim kode DTMF merupakan 8 rangkaian oscilator yang masing – masing membangkitkan frekuensi. Selain itu ada rangkaian pencampur frekuensi untuk mengirimkan 2 nada yang terpilih. Sedangkan untuk penerima kode DTMF lebih rumit. Penerima dibentuk dari 8 buah filter yang tidak sederhana dan rangkaian tambahan lainnya. Untuk penggunaan DTMF pada sistem kontrol jarak jauh, maka diperlukan lagi dua buah sistem yaitu sistem pemancar DTMF dan penerimanya.

     Adapun nada DTMF juga digunakan pada sistem alat-alat komunikasi misalnya pada handphone, tetapi nada DTMF yang ada pada handphone ini hanya terdapat 12 buah nada DTMF yaitu sesuai dengan jumlah ‘tombol nomor’ standar pada handphone . Nada-nada DTMF pada handphone ini dihasilkan dari variasi 4 buah frekuensi rendah dan 3 buah frekuensi tinggi, 4 buah frekuensi rendah mewakili banyaknya baris pada keypad handphone dan 3 buah frekuensi tinggi mewakili banyaknya kolom pada keypad handphone, variasi dari frekuensi-frekuensi tersebut dapat dilihat pada table Data Pengkonversian Sinyal DTMF.

     Setiap baris dan kolom mempunyai nada tertentu, sebagai contoh pada gambar di bawah angka 8 pada tombol DTMF, telepon menghasilkan dua tone secara simultan, baris 3 menghasilkan tone [852 Hz] dan kolom 2 [1336 Hz]. Begitu juga pada angka 3 pada tombol DTMF telepon menghasilkan dua tone secara simltan yaitu baris 1 menghasilkan tone [697 Hz] dan kolom 3 [1477 Hz]. 


     Pada pesawat telepon disediakan tombol tombol tekan yang dapat digunakan untuk memasukan nomor yang akan di hubungi. Penekanan salah satu tombol angka akan menghasilkan dua macam frekuensi yaitu (frekuensi tinggi dan frekuensi rendah) sesuai matriknya. Kedua frekuensi ini yang akan di kirimkan ke pusat pensaklaran sehingga pensaklaran akan tau nomor yang di tekan oleh pelanggan. 

 
Komponen DTMF di bedakan menjadi dua macam yaitu  
  1. DTMF decoder (Pengawas Sandi) 
  2. DTMF encoder (Penyandi DTMF)
      
     DTMF (dual Tone Multi Frekwensi) decoder merupakan Frekwensi yang berasal dari penekanan tombol telepon pada pesawat telepon pengirim ke penerima. Dekoder DTMF di semua sistem menggunakan sinyal DTMF. Fungsi dari dekoder DTMF adalah untuk mengartikan sepasang nada persinyalan dan memberikan data keluaran yang sesuai dengan sinyal DTMF yang diterima. Gambar di bawah ini merupakan fungsional dari dekoder DTMF. Dekoder DTMF merupakan penerima DTMF yang mengintegrasikan filter bandsplit dan fungsi-fungsi dekoder digital.  
     Bagian filter bandsplit digunakan untuk memisahkan nada-nada dari kelompok frekuensi rendah dan frekuensi tinggi. Sedangkan dekoder digital menggunakan teknik penghitung digital untuk mendeteksi dan mengkodekan pasangan nada yang ada pada DTMF ke dalam bentuk kode biner 4-bit. Untuk rangkaian clock internalnya dilengkapi dengan tambahan osilator kristal. Proses pemisahan nada-nada pada kelompok rendah dan kelompok rendah dan kelompok frekuensi tinggi dapat dicapai dengan memberikan sinyal DTMF ke input bandpass filter yakni bandwith yang terhubung dengan frekuensi-frekuensi kelompok rendah dan frekuensi kelompok tinggi. Bagian filter juga dapat menggabungkan patahan frekuensi, untuk penolakan kelompok nada tertentu. Setiap keluaran filter diikuti dengan sebuah bagian filter yang berguna untuk memperhalus sinyal, yaitu filter kelompok frekuensi rendah dan filter kelompok frekuensi tinggi.  
     DTMF decoder adalah sangat mudah menggunakan program untuk memecahkan kode nada DTMF dial yang di temukan pada saluran nada telepon. DTMF decoder juga digunakan untuk menerima pengiriman data melalui udara dalam gelombang frekuensi radio amatir. Berikut ini adalah frekuensi yang digunakan untuk DTMF sistem dial, yang juga disebut sebagai panggilan nada. Sinyal dikodekan sebagai sepasang sinusoidal (gelombang sinus) dari gambar di bawah yang bercampur satu sama lain. DTMF digunakan oleh sebagaian besar PSTN sistem untuk memutar nomor telepon dan juga digunakan untuk respon sistem suara seperti perbankkan telpon dan kadang-kadang melalui jaringan radio swasta untuk memeberikan sinyal dan mentransfer sejumlah data.
     DTMF encoder adalah teknik penyandian angka-angka yang di sandikan dengan dua buah frekuensi yang berbeda. 
^.^